Beranda | Artikel
Hadits Tentang Malu Sebagian Dari Iman
Senin, 21 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Hadits Tentang Malu Sebagian Dari Iman adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan الجمع بين صحيحين (Al-Jam’u Baina As-Sahihain), sebuah kitab yang berisi Kumpulan shahih Bukhari dan Muslim karya Syaikh Yahya bin Abdul Aziz Al-Yahya. Pembahasan ini disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada 6 Jumadal Awwal 1440 H / 13 Januari 2019 M.

Download Kitab Al-Jam’u Baina As-Sahihain – Format PDF di sini

Download mp3 kajian sebelumnya: Keutamaan Seorang Muslim Seperti Pohon Kurma

Kajian Hadits Tentang Malu Sebagian Dari Iman – Al-Jam’u Baina As-Sahihain

Pembahasan kali ini sampai pada hadits ke-25 halaman 13 pada  kitab Al-Jam’u Baina As-Sahihain.

عَنْ عِمْرَانَ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ» فَقَالَ بُشَيْرُ بْنُ كَعْبٍ: ” مَكْتُوبٌ فِي الحِكْمَةِ: إِنَّ مِنَ الحَيَاءِ وَقَارًا، وَإِنَّ مِنَ الحَيَاءِ سَكِينَةً ” فَقَالَ لَهُ عِمْرَانُ: «أُحَدِّثُكَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُحَدِّثُنِي عَنْ صَحِيفَتِكَ»

Dari Imran ia berkata, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.” Berkata Busyair bin Ka’ab, “Tertulis dalam Al-Hikmah bahwa diantara malu, ada yang merupakan kewibawaan dan diantara rasa malu itu ada yang merupakan ketenangan.” Maka Imran marah dan berkata “Aku sampaikan kepadamu hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sementara kamu menyampaikan kepadaku dari sahifah kamu sendiri.”

Artinya, yang aku sampaikan ini lebih baik dari apa yang kamu sampaikan itu. Karena Imran bin Husein menyampaikan hadits sedangkan Busyair bin Ka’ab membawakan hikmah yang merupakan perkataan manusia.

Artinya kalau sudah ada sabda Rasulullah, kita tidak butuh lagi perkataan siapapun juga. Karena sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Rasulullah. Sebaik-baiknya ucapan adalah ucapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka Imran marah di sini. Seakan-akan tidak cukup dengan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Nabi mengatakan, “Rasa malu itu semua baik.” Berarti mencakup seluruh kebaikan. Sedangkan dalam hikmah dikatakan bahwa malu ada yang merupakan kewibawaan, ada juga malu yang merupakan sakinah. Padahal itu semua kebaikan. Sudah cukup masuk didalam sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sifatnya Jawami’ul Kalim (ucapan yang sedikit tapi mencakup pada makna yang sangat luas sekali)

Apa itu malu?
Al-Zamakhshari berkata bahwa malu adalah perubahan dihati dan perasaan seseorang ketika ia takut dicela atau takut ketahuan aibnnya.

Al-Raghib berkata bahwa malu itu artinya ketidaksukaan jiwa kita dari perbuatan yang sifatnya jelek.

Ketika kita tidak mau melakukan sesuatu yang sifatnya buruk, itu berarti kita punya rasa malu.

Sebagian ulama memberikan definisi malu. Yaitu akhlak yang membangkitkan kekuatan kepada pelakunya untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan sesuatu yang tidak baik.

Dan dalam Islam, rasa malu itu mempunyai keutamaan yang banyak. Diantaranya:

Pertama, rasa malu itu salah satu perangai keimanan. Dalam hadits Nabi mengatakan:

وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ

“Rasa malu cabang dari keimanan.”

Hal ini menunjukkan bahwa malu bersifat wajib. Sebab seseorang apabila kehilangan rasa malu, menyebabkan hilang salah satu cabang keimanan. Apabila cabang imannya hilang, berarti mengakibatkan imannya tidak sempurna. Maka sesuatu yang menghilangkan kesempurnaan iman itu biasanya hukumnya wajib.

Malu merupakan akhlak yang sangat dianjurkan oleh Islam. Dalam hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah dari hadits Anas, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا، وَخُلُقُ الْإِسْلَامِ الْحَيَاءُ

“Setiap agama mempunyai ciri khas akhlak dan ciri khas akhlak Islam itu rasa malu.” (HR. Ibnu Majah)

Jadi rasa malu adalah akhlak Islam. Artinya setiap orang yang mengaku dirinya Muslim, harus terlihat ciri khasnya, dia pemalu. Malu untuk melakukan hal-hal yang buruk, malu disaat ia meninggalkan kebaikan.

Allah mensifati diri-Nya sebagai pemalu. Diantara sifat Allah adalah Al-Hayyiyu (Yang Maha Pemalu). Disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Tirmidzi dan Baihaqi, dari Salman Al-Farizi bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ

“Sesungguhnya Allah Maha Hidup dan Maha Mulia, Dia merasa malu apabila seseorang mengangkat kedua tangannya kepadaNya dan kembali dalam keadaan kosong tidak membawa hasil.” (HR. Tirmidzi & Baihaqi)

Allah malu untuk tidak mengabulkan hamba-Nya yang menengadahkan kedua tangannya kepada Allah meminta.

Dan dari Ya’la bin Umayyah, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat seorang laki-laki mandi di padang pasir tanpa memakai apa-apa. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَلِيمٌ حَيِيٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ

“Allah ‘Azza wa Jalla Maha Murah Hati, Maha Malu, dan Maha Tertutup. Dan cinta terhadap rasa malu dan tertutup. Apabila salah seorang dari kalian mandi, hendaklah memasang penutup.” (HR. An-Nasa’i)

Allah yang menutupi aib para hamba-Nya. Disebut dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa Allah ketika menghisab seorang Mukmin nanti pada hari kiamat, Allah akan meletakkan penutup supaya tidak terlihat aib si Mukmin ini di hadapan manusia.

Kata Ibnul Qayyim, adapun rasa malu Allah kepada hambaNya, ini jenis yang lain yang tidak bisa dipahami dan digambarkan oleh akal kita. Karena malu Allah menunjukkan kepada kedermawanan, kebaikan.

Allah malu kepada hamba-hambaNya artinya Allah itu dermawan kepada hamba-hamba-Nya, Allah tidak mau pelit kepada hamba-hamba-Nya, Allah malu ketika hamba-hambaNya minta kepadaNya ternyata Allah tidak memberinya. Karena Allah Maha kaya, maka Allah malu untuk membuka aib hamba-hambaNya tanpa sebab.

Allah juga malu dari hamba-hambaNya yang takut kepadaNya, ternyata Allah berikan adzab. Tidak mungkin.

Keutamaan Malu

Pertama, bahwa malu sifat para Nabi, terutama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri ia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حَيَاءً مِنْ الْعَذْرَاءِ فِي خِدْرِهَا

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lebih pemalu daripada seorang gadis pingitan yang dipingit di kamarnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalau Nabi melihat sesuatu yang beliau tidak suka, biasanya kami bisa melihat dari wajah beliau.

Kedua, rasa malu itu pembuka segala kebaikan. Sebagaimana dalam hadits yang kita sebutkan tadi, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ

“Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.”

Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ

“Malu itu adalah baik semuanya.” (HR. Muslim)

Sekarang ada yang bertanya, Ustadz rasa malu itu baik semuanya, bagaimana kalau ada orang malu untuk menuntut ilmu?

Berarti ada rasa malu yang tidak baik? Maka para ulama mengatakan bahwa yang seperti ini sebetulnya bukan rasa malu, tapi menunjukkan kelemahan dia.

Sebab kalau dia punya rasa malu, seharusnya dia malu kalau dirinya tidak bisa, dia harus malu kalau dirinya tidak bisa menuntut ilmu padahal mereka bisa, kalau seseorang benar malu seharusnya dia menuntut ilmu.

Ketiga, rasa malu itu menutup segala macam pintu keburukan. Berkata Fudhail bin Iyadh bahwa tanda kesengsaraan adalah hati yang keras; mata yang tak pernah menangis karena takut kepada Allah; sedikit rasa malu; sangat rakus terhadap dunia; terlalu banyak angan-angan.

Berkata Ibnu Hibban dalam kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala, kewajiban orang yang berakal senantiasa punya sifat rasa malu. Karena rasa malu itu adalah akarnya akal. Bahkan rasa malu itu benih-benih kebaikan dan meninggalkan rasa malu itu hakekatnya adalah akar kebodohan dan benih-benih keburukan.

Makanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَافْعَلْ مَا شِئْتَ

“Sesungguhnya diantara yang didapatkan manusia dari perkataan (yang disepakati) para Nabi adalah; “Jika kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu” (HR. Bukhari)

Maksudnya kata para ulama, orang kalau sudah hilang rasa malunya, dia tidak malu lagi berbuat maksiat. Wanita kalau sudah kehilangan rasa malunya, tidak malu dia mempertontonkan auratnya. Lelaki yang sudah kehilangan rasa malunya, dia tidak malu untuk berbuat atau berkata kotor.

Kata Ibnul Qayyim, Kata al-haya’ (rasa malu) berasal dari kata al-hayah (hidup), siapa yang tidak punya haya’, maka berarti dia mayat di dunia. Dan di akhirat dia akan sengsara. Karena ada hubungan yang sangat erat antara perbuatan dosa dan sedikitnya rasa malu.

Ketika seseorang sedang sendirian kemudian dia berani berbuat maksiat, berarti kurang rasa malunya kepada Allah.

Simak penjelasannya pada menit ke – 20:27

Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download MP3 Kajian Hadits Tentang Malu Sebagian Dari Iman – Al-Jam’u Baina As-Sahihain


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46458-hadits-tentang-malu-sebagian-dari-iman/